Senin, 29 November 2010

Iran Buat "Daftar Hitam" 12 Ilmu Sosial

"Materi terkini atas 12 bidang studi itu tidak sejalan dengan nilai-nilai relijius"

VIVAnews - Iran membuat "daftar hitam" atas 12 bidang studi ilmu sosial yang biasa diajarkan sejumlah universitas di negara itu. Dengan demikian, kursus-kursus itu akan dibatasi dan materinya segera direvisi pemerintah karena bahan yang sekarang dipandang tidak Islami dan cenderung mempromosikan nilai-nilai Barat.

Demikian ungkap siaran stasiun radio pemerintah Iran, yang dipantau kantor berita Associated Press, Minggu 24 Oktober 2010. "Materi pengajaran terkini atas 12 bidang studi itu tidak sejalan dengan nilai-nilai relijius dan lebih didasarkan pada pemikiran mazhab Barat," ujar pejabat senior bidang pendidikan, Abolfazl Hassani kepada radio pemerintah.

Sejumlah ilmu yang masuk daftar hitam itu adalah hukum, filsafat, manajemen, psikologi, dan politik. Begitu pula dengan studi perempuan dan HAM, dua ilmu yang selama ini dipandang bertentangan dengan pandangan kepemimpinan konservatif di Iran.

Pembatasan itu membuat universitas dilarang untuk membuka departemen baru yang terkait dengan bidang studi yang masuk dalam daftar. Selain itu, pemerintah akan melakukan revisi atas materi yang telah ada hingga 70 persen dalam beberapa tahun mendatang, kata Hassani.

Keputusan pemerintah itu menindaklanjuti pernyataan dari Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Tahun lalu, Khamenei merasa risau bahwa bidang-bidang studi itu bisa membuat pelajar menjadi salah paham atas nilai-nilai agama.

Sebagai pemimpin yang berhak memberi putusan akhir atas segala bidang di Iran, Khamenei saat itu meminta pemerintah untuk mengubah kurikulum secara sungguh-sungguh.

Menurut statistik pemerintah, dua juta dari 3,5 juta mahasiswa di Iran menempuh bidang studi Sosial dan Budaya. Kaum mahasiswa selama ini berperan kunci bagi perubahan politik di Iran.

Pada Revolusi Islam 1979, mendiang Ayatollah Ruhollah Khomeini mendapat dukungan dari mahasiswa untuk menjungkalkan rezim diktator Reza Pahlevi. Tahun lalu, kelompok oposisi yang kalah pemilu mencoba menggalang kekuatan mahasiswa untuk menggugat hasil pemungutan suara, yang kembali memenangkan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Namun, aksi oposisi dan mahasisiwa itu berhasil ditumpaskan. Pada 1980, tak lama setelah Khomeini berkuasa, Iran sempat menutup semua kampus selama dua tahun untuk mencegah munculnya kelompok-kelompok mahasiswa pembangkang

sumber dari VIVAnews

Tidak ada komentar: