VIVAnews - Pasca Merapi meletus dan sebelum Gunung Bromo dinyatakan 'awas', beberapa gunung berstatus 'waspada' dipantau secara serius termasuk Anak Krakatau.
Tak hanya dipantau ahli gunung Indonesia, Anak Krakatau adalah satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1.
Ada dua alasan yang membuat NASA terus mengamati Anak Krakatau. Selain karena terus-menerus bererupsi, ini juga dilatarbelakangi faktor historis.
Induknya, Gunung Krakatau meletus pada 27 Agustus 1883 sekitar pukul 10.20 dengan kekuatan 13.000 kali bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Salah satu letusan gunung api paling kolosal sepanjang sejarah.
Saat itu, suara letusan Krakatau terdengar sampai Madagaskar dan Australia. Dua pertiga bagian gunung tenggelam ke dasar laut, dan menciptakan gelombang tsunami yang menewaskan puluhan ribuan orang.
Seperti dimuat situs NASA, foto terbaru Anak Krakatau diambil pada 17 November 2010 melalui instrumen Advanced Land Imager (ALI). Gambar tersebut merekam aktivitas Anak Krakatau mulai melambat.
Foto tersebut dimuat di situs Badan Antariksa AS itu pada 23 November 2010.
NASA juga pernah merekam foto Anak Krakatau pada tahun 2005 dan tahun 2004.
Sebelumnya, awal November 2010 lalu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan larangan pada warga, nelayan dan wisatawan mendekat pada radius 2 kilometer.
Sebab, Krakatau mengeluarkan gas berbahaya dan mengandung racun. Tak hanya itu, suhu air laut di sekitar Anak Krakatau juga mengalami peningkatan. Hal itu dikarenakan banyaknya material panas dari Anak Krakatau yang jatuh ke laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar